Film Keluarga Cemara berkisah tentang Abah (Ringgo Agus Rahman), seorang kepala keluarga yang memiliki keinginan kuat untuk bisa bertahan bersama keluarganya, setelah rumah dan hartanya disita oleh debt collector untuk membayar utang perusahaan kakak iparnya, Fajar (Ariyo Wahab), dengan cara pindah sementara ke rumah di desa terpencil di Jawa Barat.
Rumah tersebut merupakan rumah masa kecilnya, yang merupakan peninggalan atau warisan dari ayahnya. Karena kasusnya kalah di pengadilan, keluarganya terancam selamanya hidup dalam kemiskinan di desa itu. Abah pun harus beradaptasi secara ekonomi bersama keluarga kecilnya, Emak (Nirina Zubir), Euis (Adhisty Zara JKT48) yang beranjak remaja dan Cemara/Ara (Widuri Puteri Sasono) bocah SD yang penuh semangat.
Tak hanya itu saja, keluarga tersebut juga harus menghadapi masalah-masalah internal yang perlahan mengguncang prinsip mereka bahwa “harta yang paling berharga adalah keluarga”, yang merupakan lagu tema utama filmnya.
- Judul: Keluarga Cemara
- Pemain: Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Adhisty Zara JKT48, Widuri Puteri Sasono, Abdurrahman Arif, Asri Welas, Gading Marten, Ariyo Wahab, Dayu Wijanto, Yasamin Jasem, Kawai Labiba, Joshia Frederico, Kafin Sulthan, Aci Resti, Arief Didu, dan Maudy Koesnadi.
- Sutradara: Yandy Laurens
- Penulis Naskah: Gina S. Noer, Yandy Laurens
- Produser: Gina S. Noer, Anggia Kharisma
- Rumah Produksi: Visinema Pictures
#MariKitaUlas, seluruh masyarakat Indonesia khususnya mereka yang hidup di era 90an, tentu tidak asing lagi dengan serial televisi Keluarga Cemara. Sinetron yang merupakan karya dari Arswendo Atmowiloto dan dibintangi oleh Adi Kurdi dan Novia Kolopaking sungguh populer pada jamannya.
Seluruh masyarakat Indonesia khususnya mereka yang hidup di era 90an, tentu tidak asing lagi dengan serial televisi Keluarga Cemara. Sinetron yang merupakan karya dari Arswendo Atmowiloto dan dibintangi oleh Adi Kurdi dan Novia Kolopaking sungguh populer pada jamannya.
Kini, di tahun 2019, oleh rumah produksi Visinema Pictures (Filosofi Kopi, Love For Sale, Surat dari Praha), kisah Keluarga Cemara kembali dipopulerkan, namun dengan medium yang berbeda, kali ini melalui layar lebar.
Kalau boleh jujur, saya tidak terlalu begitu mengikuti sinetron Keluarga Cemara. Bahkan untuk nonton saja, lupa apakah penah atau tidak. Namun sering dengar Keluarga Cemara, apalagi ketika populer ada lagunya juga yang legendaris yang berjudul Harta Berharga. Untuk itu, saya memosisikan diri sebagai penonton awam ketika menyaksikan filmnya.
Film Keluarga Cemara ini sungguh sederhana. Dalam ceritanya, konflik yang muncul benar-benar konflik yang kerap terjadi di sebuah keluarga. Yang paling menonjol adalah janji seorang Ayah(Abah) kepada (Anaknya),
yang berujung ingkar alias tidak menepati janji. Bahkan bisa dibilang film ini memang hanya tentang Abah dan Euis saja.
Kesederhaan inilah yang nampaknya menjadikan film ini dapat dinikmati oleh semua penonton. Ditambah lagi dengan iringan musik yang tepat sasaran, sehingga semakin menambah suasana sedih dan air mata pun menetes.
Dalam film ini saja, terhitung ada 3 adegan yang membuat saya tak sanggup menahan air keluar dari mata. Lagu ‘Sepanjang Jalan Kenangan’ ketika Euis bersama teman-temannya ini sungguh mengharukan. Belum lagi adegan perayaan ulang tahun Euis dari Abahnya. Puncaknya adalah adegan persoalan tanggung jawab. Lemah sekali akutu di bioskop sampai nangis tersedu-sedu.
Dari segi penampilan para pemain, tak ada yang mengecewakan sama sekali. Ringgo yang kerap kali bermain komedi, di film ini dia berhasil menjadi sosok Abah yang tepat. Widuri Puteri selaku pendatang baru, dengan karakter lugu dan cerianya sukses mencuri perhatian. Zara pun mampu tampil memikat dengan akting sendunya. Sayangnya, Nirina di film ini tidak terlalu banyak mendapat peran. Namun, di film ini dia juga tampil sempurna ketika diam dan penuh makna ketika beradegan dengan Fajar dan Abah di awal.
Kehangatan antara Abah, Emak, Euis, dan Ara di Keluarga Cemara ini sukses menyampaikan pesan “Harta yang Paling Berharga adalah Keluarga.” Akhir kata, menjadi film yang sangat apik dan terbilang sempurna untuk berstatus sebagai film Indonesia ‘pembuka’ di tahun 2019. (P/dimasrmdhnw.wordpress.com)