Disinilah Perbedaan Hooligan, Casuals, Ultras dan Tifosi Dalam Sepak Bola

Dalam dunia sepak bola ada namanya pemain ke-12 bagi team sepak bola, tentu mereka yang meramaikan tribun-tribun dengan mendukung team yang dibanggakan tanpa mengenal lelah. Kedangan supporter kestadionn berasalan untuk mencari hiburan dan tentu membuat team dibelanya menjadi lebih bersemangat, tetapi taukah anda bahwa ada beberapa jenis supporter dalam sepak bola?

Hooligan adalah sebutan untuk fans sepak bola di Inggris yang mulai sering terdengar antara tahun 1960an. Dilansir dari thefirms.co.uk, sebutan ini merujuk pada sekelompok pendukung klub sepak bola Inggris yang gemar melakukan tur untuk mengikuti tim pujaan bermain di luar kota. Beberapa nama kelompok Hooligan yang terkenal antara lain adalah, Gooners, The Herd, Villa Hardcore, Zulu’s Army, Headhunters, The Army, dan The Urchins.

Mereka memiliki tradisi “away day” alias mengawal tim kesayangan ke luar kota. Bagi sebagian orang, perilaku mereka terkesan urakan. Mulai dari minum-minum, bernyanyi, hingga melakukan kerusuhan telah lekat dalam imej mereka. Tak jarang, aksi fanatisme mereka kemudian memakan korban. Beberapa kali insiden penusukan antar kelompok Hooligan mewarnai sepakbola Inggris. Termasuk di antaranya tragedi Heysel dan Hillsborough.

  • Casuals

Antara tahun 1985-1990, pemerintah Inggris secara resmi melarang kegiatan Hooliganisme dalam bentuk apapun. Kebijakan ini dikeluarkan sebagai respons atas tragedi Hillsborough yang menewaskan 96 orang pada tahun 1985. Hal itu membuat para Hooligan tak bisa mengenakan kostum tim kesayangan saat menonton sepak bola. Untuk mengatasi hal itu, Hooligan memilih untuk tetap datang ke stadion dengan mengenakan pakaian kasual yang kemudian melahirkan kelompok pendukung Casuals.

Dilansir dari vice com, Casuals sendiri merujuk pada kelompok supporter yang datang ke stadion dengan mengenakan pakaian kasual alih-alih kostum dan identitas klub. Mereka lebih suka mengenakan celana jeans, kaos, jaket parka, dan sepatu sneakers, khas budaya populer di masa itu. Dalam perkembangannya, kelompok Casuals juga memiliki kedekatan dengan subkultur lain seperti musik rock n roll, fashion, dan geng motor.

  • Tifosi

Tifosi sendiri pada dasarnya adalah bahasa Italia untuk kata “penggemar” atau fans. Sama seperti di Inggris, sepak bola juga telah menjadi bagian dalam budaya masyarakat Italia. Di Italia, penggemar sepak bola sangat terikat dengan stereotipe kedaerahan dan sikap politik. Supporter yang awalnya bertujuan mendukung tim kesayangan, malah terjebak pada saling ejek kota asal dan pilihan politik.

Walaupun demikian, mereka bukanlah golongan supporter yang gemar bikin onar. Mereka khusus datang ke stadion untuk menonton bola dan bersenang-senang. Kelompok tifosi adalah kelompok yang didominasi oleh keluarga kecil bersama anak mereka atau kadang juga sekelompok wanita. Mereka datang ke stadion dengan segala pernak-pernik klub, termasuk jersey, syal, dan topi.

  • Ultras

Berbeda dengan Tifosi, kelompok Ultras diklaim sebagai kelompok supporter yang lebih ekstrem. Pada awalnya mereka muncul pada akhir 1960an. Kala itu, pendukung dari klub-klub Italia membentuk semacam geng yang menempati tribun berdiri di belakang gawang dengan nama “Brigade”, “Fedayeen”, atau “Commando”. Kelompok Ultras identik dengan gaya penampilan serba hitam, menggunakan scarf dan jaket hoodie. Mereka menonton pertandingan sambil berdiri dan terus menyanyi sambil kadang mengibarkan bendera atau membakar petasan.

Berbeda dengan Hooligan, Ultras cenderung memiliki sikap politik. Seringkali mereka menuliskan aspirasi mereka di spanduk-spanduk yang terpasang di stadion. Mereka adalah kelompok yang terorganisasi dengan baik, walaupun kadang lebih bersifat anonim. Tak jarang mereka akan memprotes pihak klub jika kebijakan klub dirasa kurang menguntungkan.

  • Mania

Kata “mania” seringkali digunakan oleh kelompok suppporter di Indonesia. Misalnya, Jakmania, Bonekmania, atau Aremania. Menurut KBBI, kata “mania” adalah gangguan jiwa dengan ciri gejala kemarahan, kegelisahan, kekalutan, atau kebingungan yg berlebih-lebihan. Namun secara terminologi “mania” juga dapat diartikan sebagai kegembiraan yang dimanifestasikan oleh hiperaktivitas mental dan fisik. Atau juga dapat berarti antusiasme yang berlebihan dan kadang tidak beralasan.

Penulis buku asal Inggris Anthony Sutton dalam wawancara dengan vice com, menyatakan kekagumannya terhadap orang Indonesia yang gila bola. Di Indonesia, kelompok Mania bahkan rela bolos sekolah dan kerja hanya untuk datang ke stadion dan menyaksikan timnya bertanding. Mereka rela mengumpulkan uang bersama untuk dapat menyewa bus atau kereta ketika timnya bertanding di luar kota. Bahkan, mereka akan melakukan banyak hal termasuk membuat bisnis merchandise untuk dijual ke sesama supporter. “Tim lokal di Indonesia mempunya andil dalam memajukan ekonomi Indonesia,” kata Sutton. “Setidaknya klub-klub ini memaksa penggemarnya menjadi wirausahawan.” -REFIDNTIMES

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *