Kata “fallacy” berasal dari bahasa Latin “fallacia” yang berarti “tipuan, tipu daya, tipuan, kecerdasan,” namun, makna yang lebih spesifik dalam logika (fallacy logis) yang berasal dari tahun 1550-an berarti “silogisme palsu, argumentasi tidak valid . “
Kesalahan dalam Penalaran
Salah satu diskusi akademis paling awal tentang kekeliruan logis datang dari buku Elementary Lessons in Logic: Deductive and Inductive, yang diterbitkan oleh MacMillian and Co. pada tahun 1872 di mana definisi modern tentang kekeliruan logis digunakan: “mode di mana, dengan mengabaikan aturan-aturan logika, kita sering jatuh ke alasan yang salah. ” Saat ini, definisi dasar ini masih digunakan, dan sering disingkat menjadi “kesalahan dalam bernalar”. Itu bukan kesalahan faktual.
- PENGALAMAN PRIBADI (Anecdotal Fallacy)
Kesalahan ini terjadi ketika kita mengabaikan data-data statistik maupun penelitian yang telah melibatkan ribuan sampel, lalu lebih berpegang pada pengalaman satu-dua orang saja. Padahal kan bisa aja 1-2 orang yang dijadikan acuan cuma anomali atau 1 dari 1 juta orang.
Contohnya adalah ketika bingung setelah tamat SMA mau lanjut kuliah atau enggak eh temenmu malah kasih saran : Buat apa sekolah atau cape-cape lanjutin kuliah, lihat saja banyak kok orang sukses yang “gak” kelar sekolahnya !
Padahal kalau mau jujur, maka bisa lihat ada ribuan orang sukses lainnya yang justru sukses karena pendidikan tinggi ataupun banyaknya ilmu yang mereka peroleh
- ROMBONGAN KERETA (Bandwagon)
Kesalahan ini terjadi ketika kita menganggap sesuatu itu benar hanya karena banyak orang juga mempercayai atau melakukan hal yang sama.
Contohnya :
Agan : ” Jadi pengacara ataupun dokter itu sama bagusnya, jadi masuk IPA atau IPS gak masalah selama belajarnya serius. ”
Teman Agan, Andi : ” Tapi mending jadi wiraswasta, jadi gak perlu belajar serius di IPA atau IPS yang penting modalmu banyak ”
Teman Agan, Alex : ” Setuju ama lu Di, wiraswasta itu lebih baik … Dokter ama pengacara uda terlalu banyak ”
Agan : ” Iya sih, gw juga pikir mending jadi wiraswasta “
Agan berubah pikiran hanya karena mayoritas tidak sependapat.
Pola pikir yang menentukan pilihan agar sama seperti pilihan mayoritas inilah yang harus dihindari. Pertahankan pilihan yang dirasa merupakan terbaik agan.
- PENGIKUT (Argumentum ad Populum)
Kesalahan ini terjadi ketika kita menganggap sesuatu itu benar karena orang yang melakukan kesalahan jumlahnya banyak
Contohnya adalah :
Budi : “ Jangan main melulu Tom, besok ada test masuk IPA loh
Tommy : “ Hidup harus dinikmatin bro, jangan belajar mulu. Anak-anak lain juga banyak yang mending santai ngegame soalnya emang uda niat masuknya IPS ! “
Pola pikir Tommy yang mengikuti kesalahan teman sebayanya hanya karna teman sebayanya banyak yang melakukan kesalahan yang sama.
Padahal seharusnya, walau emang mau masuk IPS tapi belajar itu kan wajib
- PENALARAN BERPUTAR (Circular Reasoning)
Kesalahan ini terjadi ketika argumen kita mengandung asumsi atau pembuktian yang berputar.
Contohnya adalah :
Masuk IPA lebih bagus daripada masuk IPS karena IPS gak lebih bagus dari IPA. IPS gak lebih bagus daripada IPA karena masuk IPA lebih bagus daripada IPS
Jadi berbicara atau berargumen dengan yang kayak gini mending siap mental, karena apa yang dia omongin itu muter-muter.
Kalau sudah begini, mending cari teman berbagi pikiran aja deh
- AD HOMINEM
Kesalahan ini terjadi ketika kita tidak membantah isi argumen, melainkan justru menyerang hal-hal pribadi lawan yang tidak ada hubungannya dengan argumen yang sedang dibicarakan.
Contohnya adalah :
Denis : “ Tapi ma, kata papa mending masuk jurusan perhotelan soalnya prospeknya saat ini tinggi banget“
Mamanya Denis : “ Kamu harus masuk keguruan ! Papamu gak bisa kasih saran bagus ! DIa aja gak lulus SMA ! “
Niat mamanya Denis itu baik, mau anaknya dapat yang terbaik. Tetapi bukannya ngasih alasan, dia malah menyerang hal pribadi lawan
- AMBIGU
Kesalahan ini terjadi ketika kita mencari-cari celah pada kata atau kalimat yang bersifat ambigu/ bisa diartikan lain.
Contohnya adalah :
Tulisan di buku tata tertib siswa :
Selama menjadi siswa SMA Karya Negara, semua siswa wajib menjunjung tinggi nilai Pancasila
Persepsi siswa : “ Berarti kalau sudah lulus dari SMA Karya Negara, boleh jadi berandal “
Persepsi ngaco dalam menarik kesimpulan ini merusak bagaimana seharusnya kita memandang seserius apa kita harus belajar !!
- KESALAHAN ARGUMEN (Argument from Fallacy/ Fallacy Fallacy)
Kesalahan ini terjadi ketika kita menemukan klaim yang memiliki kesalahan argumen, kemudian kita menganggap bahwa klaimnya juga pasti salah secara keseluruhan. Padahal bisa saja klaim itu benar karena ada alasan-alasan lainnya.
Contohnya adalah :
Dewi : “ Ma, aku gak mau ambil jurusan IPA, karena banyak orang yang penting dan sukses justru orang dari jurusan IPS. Contohnya tetangga kita kayak Bu Susi, Pak Daud, dan Om Siswo.
Ibunya Dewi : “ Justru Bu Susi itu dari jurusan IPA, makanya kalau mau sukses ambil jurusan IPA “
Padahal Dewi cuma salah sedikit dalam memberikan argumen, tapi “pemberi saran” justru menjadikannya sebuah alasan bahwa seluruh argumen Dewi adalah ngaco.
- BEBAN PEMBUKTIAN (Burden of Proof)
Kesalahan ini terjadi ketika kita tidak menyediakan bukti atas klaim kita, melainkan justru meminta lawan untuk mencari bukti bahwa klaim kita salah.
Contohnya adalah :
Ferry : “ Sebaiknya kita tidak memilih jurusan IPA, karena telah diteliti bahwa jurusan IPA menghasilkan lebih banyak pengangguran yang malas dan tidak siap saing”
Wati : “ Buktinya apa ? “
Ferry : “ Coba aja sendiri masuk ke IPA, bener apa gak nya. “
Rasanya kesel juga kalau minta bukti justru disuruh cari bukti sendiri. Padahal dia yang ngeklaim ….
Kayak ketemu orang gila bilang kalau dia abis diangkat jadi nabi
Pass ditanya bukti malah dijawab tanya aja ke TUHAN … zzzzz
- MEMETIK CERI (Cherry Picking)
Kesalahan ini terjadi ketika kita sengaja memilah bukti yang menguntungkan argumen kita, sambil menyembunyikan bukti lain yang melemahkan.
Contohnya adalah :
“Mari kita lihat testimoni-testimoni anak didik bimbel VWXYZ yang berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran ! Jadi marilah ambil ujian kedokteran saja di SNMPTN“
Padahal ada ratusan anak didik bimbel VWXYZ yang gagal masuk Fakultas Kedokteran padahal sudah bimbel di VWXYZ.
- CONDONG PADA PERASAAN (Appeal to Emotion)
Kesalahan ini terjadi ketika kita tidak memberikan argumen yang rasional, melainkan emosional semata, baik itu perasaan sedih, takut, kasihan, tidak tega, dan sebagainya.
Contohnya adalah :
Gebby : “ Ma, aku mau masuk IPA aja deh, kalau IPS aku kurang suka ama yang namanya sosiologi “
Mamanya Gebby : “ Apa ? IPA ? Kamu uda gak sayang mama ya !? Apa kata orang nanti kalau ada bagian keluarga kita yang gak jadi pengacara !! “
Bayangkan perasaan dan dilema Gebby antara kesal tapi gak mau menyakiti ibunya.
Sebagai seorang anak, Gebby hanya ingin 2 hal, masuk IPA atau alasan bagus dan masuk akal mengapa harus masuk IPS…
Ini jawaban paling ngeselin kalau lagi debat ama orang tua … hahaha
- HITAM PUTIH (Black or White)
Kesalahan ini terjadi ketika kita membuat asumsi di awal bahwa hanya ada dua pilihan atau kemungkinan saja. Sementara bisa jadi masih banyak kemungkinan lainnya.
Contohnya adalah :
Toni : Pokoknya gw saranin lw masuk Teknik Elektro. Kalau masuk sipil lw bakal bingung di bagian gambar ngegambar !
Rudi : Tapi di Teknik Sipil karirnya lebih bagus daripada elektro. Sipil terbaik !!!
– Toni dan Rudi pun ribut –
Padahal masih banyak jurusan lainnya yang masa depan karirnya pun cerah seperti jurusan Teknik Informatika dan Teknik Industri
- SEBAB PALSU (False Cause)
Kesalahan ini terjadi ketika kita menyimpulkan sebab suatu kejadian secara keliru dari data yang sebenarnya tidak berhubungan
Contohnya adalah :
Data jumlah pengangguran di Indonesia dan jumlah lulusan perguruan tinggi swasta berbanding lurus.
Kesimpulan : Perguruan tinggi swasta menyumbang dan mempengaruhi jumlah pengangguran ! Maka pilihan terbaik adalah masuk perguruan tinggi negeri.
Padahal kita tidak bisa melihat baik buruknya kualitas perguruan tinggi swasta dari statistik seperti itu.
- PERMOHONAN KHUSUS / Standar Ganda
Kesalahan ini terjadi ketika kita membuat pengecualian dari standar umum yang kita gunakan sendiri. Anak kaskus pasti sering lihat lah contoh kasus standart ganda ini.
Contoh standart ganda kalau milih jurusan :
Reza : “ Pak Budi yang kaya itu adalah bukti nyata bahwa masuk IPS dan jadi ahli ekonomi merupakan pilihan terbaik “
Hendra : “ Tapi Pak Tono kaya raya padahal lulusan sastra SMA“
Reza : “ Pak Tono itu kan karna pandai ngatur uang dan rajin kerja, makanya kaya “
Padahal kalau mau jujur, maka akan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pak Budi dan Pak Tono menjadi orang yang sukses adalah karena rajin bekerja
- TAK ADA ORANG SKOTLANDIA SEJATI (No True Scotsman)
Kesalahan ini terjadi ketika kita membuat kriteria sendiri mengenai suatu hal/ kelompok. Kemudian ketika kita menemukan ada anggota kelompok yang berperilaku tidak sesuai kriteria yang kita percayai, kita menuduhnya sebagai “bukan anggota kelompok yang sejati”.
Nama kesalahan ini diambil dari suatu contoh argumen kalau orang Skotlandia sejati tidak akan pakai gula di buburnya.
Sering terjadi ketika orang tua memaksa anaknya ngikut jejak pekerjaan orang tua.
Contoh :
Hendra Supeno : “ Ma, aku mau masuk IPA biar bisa jadi dokter “
Mamanya Hendra : “ Gak bisa ! Karna gak ada sejarahnya ada anggota keluarga Supeno tidak jadi pengacara! “
Dalam kasus Hendra, kita bisa melihat bahwa ego orang tua mengalahkan keinginan besar sang anak.
- MENGEMIS PERTANYAAN (Begging the Question)
Kesalahan ini terjadi ketika kita membuat asumsi untuk mempercayai A dengan bukti B, namun untuk percaya bukti dari B, kita harus percaya pada A. (Referensi: KASKUS)
Contohnya adalah :
Heru : “ TUHAN itu ada ! “
Budi : “ Bagaimana kamu tahu kalau TUHAN itu ada ? “
Heru : “ Karena kitab suci saya bilang begitu. “
Budi : “ Bagaimana kamu tahu kalau kitab sucimu itu benar ? “
Heru : “ Karena kitab suciku ditulis oleh TUHAN. “
Dalam dunia pedidikan hal ini sering terjadi, contohnya pada kasus :
Diki : “ Masuk fakultas teknik sepertinya berat dan tidak asik. “
Tian : “ Gak percaya ama omonganmu. Kau tahu dari mana ? “
Diki : “ Mamaku yang bilang. “
Tian : “ Mamamu tahu dari mana ? “
Diki : “ Aku bisa jamin mamaku tahu banyak hal. “