Sosiologi Ekonomi merupakan perspektif sosiologis yang menjelaskan fenomena ekonomi, terutama terkait dengan aspek produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang, jasa, dan sumber daya, yang bermuara pada bagaimana masyarakat mencapai kesejahteraan. Sosiologi Ekonomi menunjukkan perkembangan yang eksplosif sejalan dengan berbagai permasalah sosial ekonomi masyarakat, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang yang sedang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui berbagai kebijakan pembangunan. Perkembangan studi Sosiologi Ekonomi tidak terlepas dari pengaruh pemikiran tokoh sosiologi klasik dan aliran pemikiran baru dalam sosiologi ekonomi sejak dekade 1980-an.
Sosiologi ekonomi mengalami disparitas
Sosiologi dan ekonomi mengalami disparitas field of study sejak ekonom klasik dan neoklasik mengembangkan teori-teori ekonomi tanpa institutional framework. Menurut Schumpeter, kesenjangan antara ekonomi dan sosiologi sudah dimulai sejak Adam Smith menulis ‘The Wealth of Nations’ yang hingga kini menjadi rujukan teori-teori ekonomi modern. Adalah Karl Marx yang menurutnya, menjadi ekonom paling berhasil menganalisis ekonomi secara sosiologis. Keberhasilan Marx terletak pada analisisnya tentang konflik struktur antar kelas. Torsten Veblen juga mengkritik ekonomi neoklasik yang bersifat utilitarian, mengasumsikan aktor ekonomi secara individualistik dan transaksional. Asumsi seperti itu, menurutnya, membuat ekonom neoklasik cenderung menjauhkan analisisnya dari realitas historis-empirisis menuju transaksi rasional yang individualistik. Padahal dalam tindakan transaksional, selau melibatkan dua individu atau lebih. Granovetter mengkritik cara pandang neoklasik sebagai berikut:
[blockquote footer=”Granovetter”]This view sees the economy as an increasingly separate, differentiated sphere in modern society, with economic transaction defined no longer by the social or kinship obligation of those transacting but by rational calculations of individual gain.[/blockquote]