Kanazawa Umimirai, terdiri dari enam ribu jendela yang menciptakan pencahayaan nan halus di ruang membaca. Dot-dot kecil yang sekaligus merupakan jenela ini mengisi penuh empat kisi tembok dari kotak raksasa, bangunan perpustakaan ini. Kaca tembus pandang ikut menyelimuti keseluruha lantai dasar.
Tembok beton dirancang untuk bertahan ketika terjadi bencana gempa bumi. Arsitek asal jepang, Coelacanth K&H juga ingin mereka memiliki cahaya interior yang halus, seperti ketika sedang berada di tengah hutan dan memiliki nuansa luar ruangan.
Dalam tradisinya, di Jepang perpustakaan berfungsi untuk tempat meminjam buku dan membacanya di luar perpustakaan, tapi perancang Kazumi Kudo juga Hiroshi Horiba coba membuat bangunan yang nyaman untuk terjadinya interaksi sosial antar pengunjung Kanazawa.
“Menjadi tempat komunitas juga tempat untuk membaca, Kanazawa Umimirai dirancang sebagai tempat dimana arsitekturnya memberi kenyamanan positif agar kita betah untuk berada di dalamnya,” ujar Dyckhoff.